Kilasmalut.com- Akademisi Universitas Khairun (Unkhair) Ternat Dr. Mochtar Adam, memyanyebutkan Bupati Halut Ir. Frans Manery, mantan ASN yang memilih jalur politik setelah mendampingi Hein Namotemo membangun Halmahera Utara.
Awalnya Bupati Halut 2 periode ini adalah penyuluh pertanian yang mengurus kelapa sejak orde baru, mengambil pilihan lain terjun ke dunia politik bersama partai Golkar mengawal suara rakyat Halut di DPRD Provinsi Maluku Utara pada saat itu.
“Tidak ada rekam jejak yang menggembirakan bahkan nyaris kontroversi, sebagai warga Malifut Halmahera Utara saya tidak memiliki kekaguman berarti kepada sosok Bupati 2 periode ini,”ucapnya Rabu (12/2).
Namun diakhir masa jabatan, Frans menerbitkan sebuah edaran Bupati untuk menegaskan Halmahera Utara mau mengambil pilihan industri kelapa setelah babak belur dari tambang emas gosowong, yang tidak lagi produksi berdampak pada ekonomi Halut anjlok paling rendah se Maluku Utara.
“Frans diakhir masa jabatan ini, mengalami kesadaran memimpin daerah dengan bergantung ke industri tambang, seperti memenjarakan diri dalam kemewahan yang berwajah miskin, rentan pada ancaman kemiskinan, kerusakan lingkungan dan kesemrawutan sosial karena sumberdaya alam di kuras habis meninggalkan derita tak terurus,”ucapnya.
Ia bilang, Frans mengalami kesadaran pembelajaran kepada semua kepala daerah dan calon kepala daerah yang baru mau dilantik, untuk tidak menempatkan industri tambang tempat menggantungkan kehidupan rakyatnya. Tambang Emas Gosowong ada jejak dibalik cerita keterpurukan ekonomi yang tidak hanya mengancam warga dari PHK, tetapi juga memiskinkan Pemda dari defisit dan utang pihak ketiga yang membengkak menjadi akumulasi dari tontonan keterpurukan jalan panjang tambang.
“Bupati Halut mengalami kesadaran di penghujung kepemimpinannya, dengan membuat edaran yang mengundang decak kagum perlindungan petani kelapa untuk menumbuhkan kualitas ekonomi daerah yang inklusif,”ucapnya.
Kopra komoditi andalan Halmahera Utara dari jumlah populasi kelapa di Maluku Utara. Halmahera Utara menempati urutan pertama, disusul Halmahera Barat, Halmahera Selatan, di Halmahera Utara khusunya Kecamatan Galela menempati urutan pertama populasi kelapa di daerah tersebut, penghujung tahun 2019 Kopra anjlok 2.500/kilo gram petani Halmahera merasa nyaris natal 2019 dirudung duka dari anjloknya harga kopra.
“Saya bersama Dr. Rahmat sabuhari memprovokasi petani turun demo untuk perlindungan membuat Bupati dan Wakil Bupati Frans Manery dan Muhlis Tapi Tapi naik pitam,”bebernya.
Namun saat ini dirinya harus memberi hormat penuh dan terima kasih atas perhatian yang baik dengan membuat kebijakan Hilirisasi atas kelapa, cara baik melindunggi petani dari ancaman fluktuasi harga yang tak menentu.
“Semoga apa yang digagas menjadi contoh pemimpin Maluku Utara baik Gubernur Bupati dan Walikota untuk menyusun ekosistem ekonomi yang inklusif,”tuturnya.(red)