Kilasmalut.com – Aksi unjuk rasa yang digelar Aliansi Mahasiswa Rakyat Halmahera Utara (AMARAH) di depan kantor DPRD Halut, Selasa (2/9) kemarin justru meninggalkan kontroversi. Bukannya riuh dengan orasi lantang dan tekanan keras, aksi ini berlangsung adem bagaikan upacara mengheningkan cipta.
Massa aksi yang semestinya menjadi motor kritis terhadap pemerintah daerah, hanya duduk rapi tanpa gesekan berarti. Tidak ada bentrokan, tidak ada ketegangan, bahkan jalannya aksi lebih mirip forum diskusi terbuka ketimbang gerakan protes mahasiswa.
Bupati Halut dan sejumlah anggota DPRD, hadir langsung menemui massa. Alih-alih terjadi adu argumentasi panas, pertemuan itu justru cair dan penuh apresiasi.

Fenomena ini menuai tanda tanya besar, apakah aksi mahasiswa kini mulai kehilangan “taring” atau justru menunjukkan kedewasaan dalam menyampaikan aspirasi?
Sejumlah kalangan menilai, aksi AMARAH kali ini terlalu “jinak” untuk ukuran demo mahasiswa, apalagi di tengah berbagai persoalan serius yang sedang mendera Halmahera Utara. Namun di sisi lain, ada yang memuji jalannya aksi sebagai contoh elegan penyampaian aspirasi tanpa kekerasan.
Dari pantauan media ini, sebagaian besar masa aksi yang sudah samapi dikantor DPRD Halut, memilih keluar dari barisan dan memilih balik.
Demo AMARAH di DPRD Halut kali ini menorehkan catatan berbeda, tenang, damai, tanpa gesekan. Tapi apakah ketenangan itu menjadi tanda kekuatan, atau justru kelemahan? Publik masih akan mengujinya.(red)